Oleh Mualim Sumar, S.Pd.
Kepala SMP Negeri 2 Sijuk
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sejak pertengahan Maret 2020, pendidikan menghadapi tantangan dengan merebaknya pandemi Covid- 19. Berbagai kebijakan di bidang pendidikan telah dikeluarkan oleh pemerintah agar pembelajaran tetap berjalan meskipun dilaksanakan secara terbatas. Prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi Covid-19.
Kegiatan pembelajaran dimasa pandemi Covid-19 dilaksanakan dengan menggunakan pembalajaran jarak jauh atau dengan menggabungan pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah. Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelenggarakan pembelajaran, dalam pelaksanaannnya ditemukan berbagai kendala. Salah satu masalah utama yang menjadi kendala dalam kegiatan pembelajaran dimasa pandemi Covid- 19 adalah masih rendahnya semangat belajar siwa ketika melaksanakan pembalajaran jarak jauh.
Branding Negeri Laskar Pelangi tidak luput dari kesuksesan film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Sayangnya, branding ini lebih banyak digunakan pada pengembangan sektor pariwisata dari pada pengembangan sektor pendidikan. Padahal, novel Laskar Pelangi sarat akan nilai-nilai karakter dan spirit perjuangan yang dapat digunakan untuk mengembangkan sektor pendidikan. Apalagi disaat pendidikan berada dalam pusaran pandemi Covid-19 dimana semangat belajar semakin menurun.
Laskar Pelangi merupakan novel perdana Andrea Hirata yang bercerita mengenai kehidupan 10 anak di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Mereka berasal dari keluarga miskin yang menempuh pendidikan di suatu sekolah yang penuh dengan keterbatasan. Namun, keterbatasan tidak membuat anak-anak putus asa, justru menjadi pendorong untuk melakukan hal yang lebih baik. Meski dalam konteks latar pendidikan yang berbeda dengan kondisi pendidikan dimasa pandemi Covid-19, nilai-nilai karakter spirit laskar pelangi dapat diterapkan guru dan siswa dalam proses pembelajaran jarak jauh
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mempunyai peran penting dalam rangka ikut serta mentransformasikan nilai-nilai karakter dan pengetahuan kepada seseorang, sebab banyak nilai-nilai karakter yang terkandung dalam novel ini. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi antara lain nilai religiusitas, toleransi, kejujuran, demokratis, peduli sosial, tanggung jawab, kreatif, perjuangan dan kerja keras, integritas, disiplin, komunikatif, rela berkorban, kesetiakawanan serta cinta tanah air. Dalam mewujudka nilai karakter tersebut terdapat tantangan dalam bidang sosial budaya, perokonomian, pendidikan, dan bidang hukum. Solusi yang ditawarkan pengarang dalam menghadapi tantangan dalam mewujudkan nilai karakter dalam novel Laskar Pelangi tercermin pada guru yang berkualitas, berani bersaing, percaya diri, berpikir positif, berani bercita-cita, kerja keras dan berpendirian kuat serta rasional. (Nurrofika : 2006)
Untuk meningkatkan semangat belajar siswa dalam pembelajaran jarak jauh membutuhkan guru yang berkualitas dan berkarakter. Guru harus memiliki kemampuan dalam bidang teknologi, pedagogik dan penguasaan materi. Jurnal penelitian dari Mishra dan Koehler (2006) dengan judul Technological Pedagogical Content Knowledge : A framework for Teacher Knowledge, sampai saat ini telah menjadi acuan oleh banyak peneliti dan praktisi pendidikan dalam upaya mengembangkan beberapa model pembelajaran. Istilah yang kemudian dikenal dengan TPACK (Technological, Pedagogical, Content Knowledge) adalah sebuah framework (kerangka kerja) dalam mendesain model pembelajaran baru dengan menggabungkan tiga aspek utama yaitu teknologi, pedagogik dan konten/materi pengetahuan (ontologis). Kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesatnya, adalah sebuah keniscayaan bahwa guru harus menguasai teknologi untuk kemudian digunakan sebagai media pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan dalam bidang teknologi sangat diperlukan karena pembelajaran jarak jauh dilaksanakan dengan menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan learning menegemet system dan mampu membuat media pembelajaran interaktif yang dapat merangsang aktifitas belajar dari rumah.
Selain penggunaan teknologi sebagai media belajar, pedagogik adalah aspek penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran. Pedagogik bukan saja bagaimana mengembangkan seni-seni dalam mengajar, atau mendesain kelengkapan instrumen-instrumen proses dan penilaian dalam pembelajaran, namun dituntut juga memahami siswa secara psikologis dan biologis. Dalam pemikiran secara pedagogis ini akhirnya ada sebuah penekanan, bahwa guru yang berhasil bukanlah guru yang hanya bisa menjadikan siswanya pintar seperti dirinya, namun lebih dari itu yakni berhasil membantu siswa dalam menemukan dirinya sendiri. Guru harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang berpareatif, menantang dan menyenangkan bagi siswa.
Penguasaan materi juga menjadi hal penting yang harus dikuasai oleh guru. Materi yang diberikan oleh guru hendaknya disajikan secara sistematis, sederhana, dan menarik perhatian siswa. Oleh sebab itu guru harus senantiasa mengembangkan dirinya melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Penguasaan teknologi, pedagogik dan konten materi akan lebih lengkap jika ditambah dengan kepribadian yang baik. Karakter kerja keras, berfikir positif, berpendirian kuat dan rasional harus dimiliki oleh seorang guru karena dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh banyak sekali tantangan yang harus dihadapi.
Semangat belajar siswa tumbuh bukan hanya dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran namun semangat belajar itu harus tumbuh dari dalam diri siswa sendiri. Siswa harus berani bercita-cita, berpikiran positif, percaya diri, kerja keras dan berpendirian yang kuat. Dengan berani bercita-cita berarti siswa sudah memiliki impian yang hendak dicapai. Jangan takut untuk bermimpi seperti kutipan dari novel Sang Pemimpi karangan Andrea Hirata,” bermimpilah, tuhan akan memeluk mimpi – mimpimu”. Setelah menetapkan tujuan, maka siswa harus berpikir positif bahwa meski dalam keterbatasan, belajar dimasa pandemi Covid-19 bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja dengan perantara teknologi informasi dan komunikasi. Siswa harus memiliki kepercayaan diri dan jangan takut untuk mencoba melakukan kegiatan belajar yang berbeda dari biasanya. Keterbatasan sarana, keterbatasan akses internet dan permasalahan-permasalahan belajar lainnya dijadikan sebagai tantangan untuk tetap berpendirian kuat dan bekerja keras dalam mengatasi masalah. Tanamkan keyakinan bahwa selalu akan ada jalan keluar untuk setiap permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran jarak jauh dimasa pandemi Covid-19.
Spirit laskar pelangi seyogyanya menginsipirasi guru dan siswa dalam melaksanakan Pendidikan dan pembelajaran dimasa pademi Covid-19. Guru yang berkualitas dan berkarakter menjadi penentu keberhasilan siswa dalam menacapai tujuan yang diingankan. Motivasi dan semangat belajar siswa yang tinggi juga menjadi penentu keberhasilan siswa dalam meraih cita-citanya. Mari belajar dari kisah Bu Muslimah, Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, Akiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan Harun, Guru dengan sepuluh orang muridnya yang memiliki semangat untuk tetap belajar meski dengan keterbatasan.
***