SEKILAS INFO
05-12-2024
  • 6 bulan yang lalu / SMPN 2 Sijuk membuka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk T.P 2024/2025.
17
Feb 2022
0
Menciptakan Budaya Positif Siswa Di Sekolah Melalui Kesepakatan Kelas
Oleh Aprizan Wijaya, S.Pd.
Guru IPA SMP Negeri 2 Sijuk 

Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Guru sebagai pionir dalam menciptakan peserta didik yang memiliki profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila dalam diri peserta didik dapat ditumbuhkan dengan menciptakan budaya positif di sekolah

Untuk menciptakan budaya positif di sekolah diperlukan kerjasama dari berbagai pihak seperti kepala sekolah, teman guru sejawat dan orang tua. Penerapan budaya positif di sekolah di harapkan dapat menumbuhkan pembiasaan-pembiasaan positif sehingga akan membudaya dan tertanam dalam diri peserta didik. Budaya positif dapat menjadi suatu kekuatan untuk menerapkan disiplin positif sekolah, karena semua kesepakatan yang diterapkan bertujuan untuk melahirkan mental-mental disiplin yang didasarkan pada kesadaran individunya.

Dalam nmembangun budaya positif di sekolah yang berpihak pada peserta didik diawali dengan membentuk budaya positif di kelas, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas bisa diartikan sebagai suatu hal yang disepakati bersama, baik guru dengan siswa, sesama teman, dan lingkungan sekolah. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah, ramah anak dan menghargai keberagaman peserta didik.

Pembuatan kesepakatan kelas harus di buat dan di sepakati karena biasanya permasalahan dengan murid berkaitan dengan komunikasi antara peserta didik dengan guru, terutama ketika peserta didik melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut. Kurang adanya komunikasi ini menyebabkan relasi murid dan guru menjadi kurang baik. Oleh karena itu penting bagi guru untuk membuat kesepakatan kelas di awal pembelajaran.

Kesepakatan kelas berisi beberapa pernyataan untuk memudahkan guru dan peserta didik bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap peserta didik, tapi juga harapan peserta didik terhadap guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan peserta didik.

Dalam menyusun kesepakatan kelas, guru perlu mempertimbangkan hal yang penting dan hal yang bisa dikesampingkan. Peserta didik dapat mengalami kesulitan dalam mengingat banyak informasi, jadi susunlah 24 kesepakatan untuk setiap kelas. Jika berlebihan, peserta didik akan merasa kesulitan dan tidak mendapatkan makna dari kesepakatan kelas tersebut. Kesepakatan harus disusun dengan jelas sehingga peserta didik dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka.

Kesepakatan yang disusun sebaiknya mudah dipahami dan dapat diterapkan. Oleh karena itu, dalam kesepakatan kelas sebaknya menggunakan kalimat positif seperti, “menghormati”, bekerja atau belajardan “diterima dan dimiliki”. Kalimat positif lebih mudah dipahami murid dibandingkan kalimat negatif yang mengandung kata seperti, “dilarang” atau “tidak”. Kesepakatan perlu dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkala, seperti setiap awal semester. Untuk mempermudah pemahaman peserta didik, kesepakatan dapat ditulis, digambar, atau disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan disadari oleh peserta didik.

Guru yang menjalankan kesepakatan kelas berharap dapat membiasakan peserta didik untuk menjalankan budaya positif, sehingga hukuman dan penghargaan tidak dibutuhkan lagi dalam pelaksanaannya, peserta didik dapat memotivasi diri sendiri dalam melaksanakan budaya positif di kelas dan di sekolah.

Salam dan bahagia”