Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hallo sahabat peduli lingkungan,
Beberapa tahun ini negara-negara dibelahan dunia disibukkan dengan datangnya Virus corona yang menyebabkan pandemi Covid-19 bukan?
Saat ini beberapa upaya masih dilakukan untuk mengurangi menyebaran penularan virus ini, salah satunya menuntut orang-orang untuk mengenakan masker tiap beraktivitas di luar rumah. Akibatnya, masker sekali pakai diproduksi besar-besaran untuk melindungi manusia dari serangan virus covid-19.
Diberitakan oleh TEMPO.CO, Jum’at (30 Juli 2021) Oceans Asia memperkirakan produksi masker di seluruh dunia mencapai 52 miliar buah pada 2020, meski masih ada perdebatan mengenai jumlah pastinya.
Dilansir dari The Independent, Sabtu (12/3/2021), studi terbaru memperkirakan, manusia sekarang menggunakan 129 miliar masker wajah setiap bulan di seluruh dunia.
Jika satu bulan terdapat 31 hari, maka penggunaan rata-rata masker sekali pakai sekitar 2,8 juta masker per menit, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering.
Para peneliti memperingatkan besar volume limbah masker sekali pakai,
jika tidak dibuang dengan benar, sampah masker bekas tersebut dapat menimbulkan ancaman besar bagi lingkungan. Mereka mendesak tindakan untuk mencegah hal ini karena akan menambah masalah sampah berikutnya.
Tidak seperti botol plastik, yang sekitar 25 persennya didaur ulang, selama ini tidak ada panduan resmi tentang daur ulang masker, sehingga kemungkinan besar akan dibuang dengan cara yang tidak tepat. Hal ini pastinya akan sangat mengkhawatirkan, gelombang sampah masker bekas bisa menjadi momok baru dibalik pilunya pandemi covid-19 saat ini.
Sebagai masyarakat, kita perlu turut andil dalam mengurangi pencemaran akibat sampah masker bekas ini. Bukan hanya orang dewasa saja, anak-anak juga harus memiliki kesadaran bijak masker sekali pakai sejak dini untuk membantu mengurangi dampak sampah masker bekas.
Kepala SMPN 2 Sijuk bapak Mualim Sumar, S.Pd, dan Para guru serta para staff tata usaha berkomitmen menumbuhkan karakter peserta didik dengan mengajak peserta didik melalui kader Adwiyata SMPN 2 Sijuk untuk menjadi pelopor kesadaran bijak sampah masker bekas dan juga bijak sampah botol bekas air mineral di sekolah maupun di rumah.
Dilansir dari media sosial Instagram @zerowaste.id_official, tim Adiwiyata SMPN 2 Sijuk menemukan contoh bagaimana mengelola sampah masker bekas dan botol bekas air mineral.
Tentu cara ini tidak hanya untuk menjaga diri agar virus tidak semakin menyebar, tapi juga dapat berdampak baik bagi lingkungan. Caranya adalah dengan membuat ecobrick, yaitu botol plastik bekas sekali pakai yang diisi dengan masker bekas pakai yang bersih dan kering. Nantinya jika sudah mencapai kepadatan tertentu, ecobrick ini dapat digunakan untuk membuat tempat duduk dan meja yang dapat dimanfaatkan kembali.
Tidak mau berlarut larut dalam masalah sampah masker bekas dan sampah botol bekas air mineral, pada hari Jum’at, 12 November 2021, salah satu kader Adiwiyata SMPN 2 Sijuk sekaligus sabagi ketua PIK-Remaja Pelangi SMPN 2 Sijuk yaitu Irmayanti yang saat ini duduk di kelas IX bersama temannya yang juga duduk dikelas IX yaitu bernama Raisya yang juga sebagai kader Adiwiyata sekaligus sebagai Konselor Sebaya PIK-Remaja Pelangi SMPN 2 Sijuk
melakukan aksi mengkampanyekan salah satu program Adiwiyata sekolah dalam penanggulangan sampah masker bekas dan sampah botol bekas air mineral.
Didampingi oleh Guru, Irmayanti dan Raisya masuk kesemua kelas IX, dimulai dari kelas IX.A sampai ke kelas IX.F. Untuk saat ini kenapa hanya kelas IX yang di himbau lewat kampanye ini. karena memang pada saat aksi kampanye dilaksanakan sistim tatap muka di sekolah masih di bagi menjadi tiga sesi hal itu dilakukan untuk menghindari bertumpuknya masa di lingkungan sekolah.
Sesi pertama tatap muka yaitu hari senin dan selasa kelas VII, sesi kedua Rabu dan Kamis kelas VIII dan Jum’at dan Sabtu jadwal tatap muka untuk kelas IX.
Kampanye akan dilanjutkan ke kelas VII.A sampai VII.F dan VIII.A sampai VIII.F pada hari sesuai jadwal kehadiran tatap muka mereka.
Irmayanti dan Raisya dari kelas yang satu ke kelas yang lainnya mengkampanyekan Pengelolaan sampah ecobrick kepada pelajar sebayanya, mereka berdua mengajak pelajar sebayanya untuk mengumpulkan masker bekas yang ada di rumahnya masing masing dan botol plastik bekas air mineral.
Sebelum memasukan masker bekas pakai dalam ecobrick, Raisya dan Irmayanti menghimbau pelajar sebanya tetap harus membersihkannya terlebih dahulu masker bekasnya. Cuci masker bekas pakai dengan sabun dan air atau alkohol, keringkan masker dengan menjemurnya sampai kering. Baru setelah itu masker bekas pakai bisa dimasukan dalam ecobrick hingga padat.
Jika nantinya sudah terkumpul, Irmayanti dan Raisya menghimbau teman-temannya agar segera menyerahkannya kepada kader-kader Adiwiyata yang ada disetiap kelas yang nantinya kader tersebut akan mengumpulkannya ke bank sampah sekolah.
Dari bank sampah, nantinya peserta didik dan tim kader bagian pengelolaan sampah bersama koordinator pengelolaan sampah akan mengolahnya lebih lanjut menjadi sesuatu yang bermanfaat misalnya bisa dibuat menjadi tempat duduk, meja atau mungkin karya yang lainnya.
Bagaikan pepatah yg sering kita dengar sambil menyelam minum air, Irmayanti dan Raisya pun melakukan hal yg sama yaitu sambil mengkampanyekan mengenai sampah masker bekas dan botol plastik bekas air mineral, mereka juga berkampanye menghimbau pelajar sebayanya untuk selalu membawa bekal minum dan makan dari rumah saat pergi kesekolah dengan wadah guna ulang hal itu agar bisa mengurangi sampah plastik dilingkungan sekitar, khususnya di lingkungan SMPN 2 Sijuk.
Kampanye ecobrick seperti ini bisa menjadi cara yang tepat untuk mengelola sampah masker bekas, Bahkan manfaatnya dapat kita rasakan berkelanjutan.
Jadi, jangan malas ya anak-anak peserta didik yang baik apalagi sampai asal membuang sampah masker bekas kamu, dan tidak kalah pentingnya juga saat pergi ke sekolah jangan malas untuk selalu membawa bekal minum dan makan dari rumah dengan wadah guna ulang agar sampah tidak bertambah semakin banyak setiap harinya. Bukan hanya kita yang perlu sehat, tapi lingkungan sekitar juga harus sehat juga bukan?
Yang menjadi pelopor hidup sehat dengan lingkungan yang sehat. Bukankah saat kamu berbuat baik kepada lingkungan sekitarmu, sesungguhnya kebaikan itu adalah untukmu bukan? Jangan malas melakukan kebaikan sekecil apapun, karena kamu tidak pernah tahu kebaikan yang mana yang akan menghantarkan kamu ke Syurga.
Salam Adiwiyata.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis : Lilis Setianingsih, S.Pd.